
Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewaijban setiap muslim yang paling utama, yang akan
menjadi jalan keselamatan dan menghindarkan dari murka Allah, di dunia maupun
di akhirat. amar ma’ruf nahi munkar harus tegak, dalam segala tataran
masyarakat, baik sosial, individu, keluarga, masyarakat, nasional bahkan
internasional. Kita harus senantiasa ingat bahwa amar ma’ruf nahi munkar
adalah perintah Allah, yang mana Allah menjanjikan keberuntungan bagi kita bila
menegakkannya.
***
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
KHUTBAH
JUM’AT PERTAMA
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
اْلعَالَمِيْنَ, أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ, وَأَسْأَلُهُ الْمَغْفِرَةَ
يَوْمَ الدِّيْنِ.وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَامَحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْمَبْعُوْثُ بِاالْهُدَى وَالنُّوْرِالْمُبِيْنِ,صَلَّى اللهُ وَ عَلَى أَلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
قال تعالى: كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
أَمَّا بَعْدُ
فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
قال تعالى: كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).
Jamaah salat Jumat rahimakumullah
Di hari yang penuh berkah ini, mari
kita menghadapkan hati kita kepada Allah, membuka hati dan pikiran untuk
sejenak menyimak nasihat khutbah yang kami harapkan dapat menambahkan ketakwaan
kita kepada Allah.
Ma’asyiral
muslimin jamaah salat Jumat rahimakumullah
Jika kita perhatikan dan kita amati
secara sepintas saja, apa yang terjadi saat ini di tengah masyarakat muslimin,
kita akan mendapatkan fenomena yang seharusnya menjadikan kita semua prihatin
akan umat ini. Perhatian ini menjadikan kita mawas diri dan berusaha menjadikan
diri, keluarga, dan lingkungan sekitar kita tidak termasuk golongan mereka yang
telah melampaui batas.
Sekian banyak bentuk kesyirikan,
kezaliman, kejahatan, kemaksiatan yang dengan begitu mudah kita temukan di
sekitar kita. Contohnya praktik kesyirikan sudah menjadi suatu yang biasa
dilakukan orang. Bahkan dukun, para normal, tukang ramal, ahli zodiak, dan
orang-orang semacam mereka, yang jelas-jelas melakukan praktik kesyirikan,
dianggap sebagai tokoh panutan dan memiliki tempat terhormat di tengah
masyarakat. Contoh lain di antara kaum muslimin sudah tidak bisa lagi
menghargai nyawa seseorang, tidak bisa menghargai harta orang lain, dan bahkan
tidak bisa menghargai kehormatan manusia. Padahal itu semua telah dilindungi
oleh Islam, dan tidak boleh diganggu. Semua itu terjadi karena mereka telah
meninggalkan Agama yang hanif ini, menuruti hawa nafsu, terpedaya dan tertipu
oleh bujuk rayu setan serta gemerlapnya kehidupan dunia.
Di sisi lain, di antara kaum
muslimin tidak lagi memiliki rasa empati dan kepedulian terhadap saudaranya
sesama muslim, tidak peduli dengan kejadian dan kondisi yang ada, sehingga
segala bentuk kemungkaran semakin hari tumbuh subur, dan sebaliknya segala
bentuk kebaikan mulai terkikis dan asing di hadapan manusia. Orang-orang yang
ingin selalu konsisten dan istiqamah menjalankan agama dengan benar menjadi
asing di tengah masyarakatnya. Sikap keislaman yang baik terkesan batil dan
begitu juga sebaliknya. Yang sunah dan sesuai dengan contoh Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam dianggap sebagai sikap beragama yang ekstrim, dan
sebaliknya yang bid’ah dianggap sebagai jalan kebenaran sejati.
Semua itu adalah karena yang menjadi
tolok ukur beragama adalah perasaan dan keridhaan manusia, bukan keridhaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah memperingatkan kita semua dari sikap timpang semacam ini dalam
sabda beliau,
مَنِ الْتَمَسَ رِضَا الله بِسَخَطِ
النَّاسِ كَفَاهُ الله مُؤْنَةَ النَّاسِ، وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ
بِسَخَطِ الله وَكَلَهُ الله إِلَى النَّاسِ.
“Barangsiapa yang mencari ridha
Allah dengan (mengacuhkan) kebencian manusia maka Allah mencukupkannya dari
beban manusia, dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan
(mengesampingkan) kemurkaan Allah maka Allah akan menguasakan manusia atas
dirinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2414 dan dishahihkan oleh al-Albani).
Jamaah salat Jumat rahimakumullah
Sebegitu hebat kemungkaran yang
telah dianggap biasa di tengah masyarakat kita, sampai yang baik menjadi suatu
yan dianggap aneh. Orang yang rajin salat berjamaah aneh, kaum muslimah yang
mengenakan hijab sesuai syariat aneh, rajin ke tempat-tempat pengajian aneh,
laki-laki muslim yang memotong pakaiannya agar tidak isbal aneh, dan semua yang
sebenarnya adalah tepat sebagaimana yang diridhai Allah Subahanahu wa Ta’ala,
menjadi suatu yang aneh dan asing. Maka sungguh benar Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam manakala beliau bersabda,
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ
كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ، الَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ مَا
أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِيْ مِنْ سُنَّتِيْ .
“Islam mulanya dianggap aneh
(asing) dan akan kembali dianggap asing seperti semula. Maka kabar gembira yang
besar bagi orang-orang yang dianggap aneh (asing), yaitu, orang-orang yang
memperbaiki (menjalankan dengan baik) perkara-perkara sunahku yang telah
dirusak orang-orang setelahku.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Jamaah salat Jumat rahimakumullah
Karenanya, merupakan tugas dan
kewajiban setiap muslim untuk selalu menjaga kemurnian agama, dengan senantiasa
menegakkan kebenaran dan mencegah setiap bentuk kemungkaran. Tentunya kita
pernah membaca dan mendengar permisalan yang pernah disampaikan oleh Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana beliau bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُوْدِ
الله وَالْوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ
فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِيْنَ فِي
أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوْا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ
فَقَالُوْا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيْبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ
فَوْقَنَا؛ فَإِنْ يَتْرُكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا وَإِنْ
أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيْعًا.
“Perumpamaan orang yang teguh
dalam menjalankan hukum-hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya,
adalah seperti sekelompok orang yang berada di dalam sebuah kapal, ada yang
mendapatkan tempat di atas melewati orang-orang yang di atas, dan ada yang
memperoleh tempat di bawah. Seadng yang di bawah jika mereka berkata, ‘Lebih
baik kita melobangi tempat di bagian kita ini (bagian bawah), supaya tidak
mengganggu kawan-kawan kita yang di atas.’ Rasulullah bersabda, ‘Maka jika
mereka yang di atas membiarkan orang yang di bawah (melakukan hal itu), pasti
binasalah semua orang yang ada di dalam perahu tersebut, namun apabila mereka
mencegahnya mereka semua akan selamat’.” (HR. Al-Bukhari no. 2493).
Jamaah salat Jumat rahimakumullah
Jika kita renungkan dengan dalam
perumpamaan agung yang disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
ini, yaitu seorang hamba Allah yang paling mengetahui tentang keadaan umatnya,
tentang sebab-sebab kemuliaan dan kerusakan yang akan terjadi pada mereka
berdasarkan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kita akan
mendapatkan gambaran yang jelas tentang agungnya keutamaan mengajak orang
kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan jahat dan mungkar, yang kita kenal
dalam istilah amar ma’ruf nahi munkar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَن
تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلآَأَوْلاَدُهُم مِّنَ اللهِ شَيْئًا
وَأُوْلاَئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ
“Kalian
adalah umat yang terbaik yang pernah dilahirkan untuk manusia, karena menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar,dan beriman kepada Allah.”
(QS. Ali Imran: 110)
Al-Allamah As-Sa’di mengomentari
ayat ini dengan mengatakan, “Allah memuji umat ini sebagai umat yang paling
baik yang Allah ciptakan untuk umat manusia. Hal itu dikarenakan Allah
menyempurnakan Iman bagi diri mereka, yang dengan iman itu mereka melaksanakan
apa-apa yang diperintahkan Allah, dan menyempurnakan mereka untuk orang lain
dengan amar ma’ruf dan nahi munkar, yang mencakup mendakwahi manusia
untuk kembali kepada Allah. Dengan inilah maka umat Islam ini adalah umat
terbaik.” Dan sebaliknya Allah melaknat orang-orang yang kafir dari kalangan
ahli kitab, karena mereka membiarkan kemungkaran terjadi di tengah mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن بَنِى
إِسْرَاءِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا
وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ {78} كَانُوا لاَيَتَنَاهَوْنَ عَن مُّنكَرٍ فَعَلُوهُ
لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
”Telah dilaknat orang-orang kafir
dari bani Israil melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu,
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama ain
tidak saling melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selali mereka perbuat itu.” (Al-Ma’idah: 78-79)
Ini menunjukkan bahwa membiarkan
kemungkaran dan kemaksiatan adalah salah satu sifat orang-orang yang dilaknat
Allah.
Al-Allamah As-Sa’di berkata, setelah
menafsirkan ayat ini,
“Hal itu (perbuatan mereka yang diam
terhadap kemungkaran) menunjukkan sikap meremehkan perintah Allah dan
bahwasanya berbuat maksiat kepada-Nya adalah suatu yang ringan bagi mereka.
Seandainya mereka memiliki rasa pengagungan kepada Rab mereka, niscaya mereka
tidak akan menabrak hal-hal yang diharamkan Allah, dan niscaya mereka tidak
akan menyukai terhadap sesuatu yang diharamkan Alah. Dan sesungguhnya diam
terhadap kemungkaran –padahal mampu untuk merubahnya- adalah sikap yang
mendatangkan hukuman; karena mendiamkan kemungkaran akan menimbulkan
kerusakan-kerusakan yang besar:
Di antaranya, hal itu menunjukkan
sikap meremehkan dan menganggap enteng kemaksiatan. Demikian juga hal itu akan
menumbukan keberanian bagi orang-orang yang gemar melakukan maksiat dan
orang-orang fasik untuk semakin berani melakukan maksiat, bahkan secara
terang-terangan.
Apabila kemungkaran dibiarkan, maka
ilmu Agama akan semakin redup di tengah masyarakat dan kejahilan justru akan
semakin merajalela, karena apabila kemaksiatan demi kemaksiatan begitu saja
dilakukan orang, dan dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha untuk merubahnya,
maka masyarakat yang memang minim dengan ilmu agama akan menganggap itu semua
sebagai suatu yang bukan maksiat.
Mendiamkan maksiat boleh jadi akan
menyebabkan kemaksiatan menjadi suatu yang bagus dalam pandangan masyarakat
luas, sehingga sebagian masyarakat akan meniru perbuatan pelaku maksiat karena
menganggapnya sebagai sesuatu yang bagus.” (Dikutip dari Tafsir as-Sa’di secara
ringkas dan adaptasi, Ali Imran: 78-79).
Jamaah salat Jumat rahimakumullah
Oleh karena itu, amar ma’ruf nahi
munkar adalah kewaijban setiap muslim yang paling utama, yang akan menjadi
jalan keselamatan dan menghindarkan dari murka Allah, di dunia maupun di
akhirat. amar ma’ruf nahi munkar harus tegak, dalam segala tataran
masyarakat, baik sosial, individu, keluarga, masyarakat, nasional bahkan
internasional. Kita harus senantiasa ingat bahwa amar ma’ruf nahi munkar
adalah perintah Allah, yang mana Allah menjanjikan keberuntungan bagi kita bila
menegakkannya. Perhatikan Firman-Nya berikut ini,
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُ يَدْعُونَ
إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(Ali-Imran: 104)
Lebih dari itu, amar m’aruf nahi
munkar adalah salah satu di antara sifat-sifat asasi seorang mukmin sejati,
dan karenanya Allah menjanjikan rahmat bagi mereka. Allah Subhanahu wa
Ta’ala befirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ
وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ
“Dan orang-orang mukmin, lelaki
dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong sebagian yang lain, mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
salat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا الله مِنَ الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ
الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ أَحْسَنَهُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ الله
لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ
KHUTBAH
JUM’AT KEDUA
الْحَمْدُ ِللهِ وَكَفَى,وَسَلَّمَ
عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْ اصْطَفَى,أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ فِيْ
اْلأَخِرَةِ وَاْلأُوْلَى ,وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ,صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًاكَثِيْرًا
Jamaah salat Jumat rahimakumullah
Kepedulian kita untuk merubah
kemungkaran, adalah salah satu di antara barometer keimanan kita. Coba kita
simak dengan baik sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut
ini,
Dari Ibnu Mas’ud bahwasanya
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ الله فِي
أُمَّةٍ قَبْلِيْ إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّوْنَ وَأَصْحَابٌ
يَأْخُذُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُوْنَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ
مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوْفٌ يَقُوْلُوْنَ مَا لَا يَفْعَلُوْنَ وَيَفْعَلُوْنَ مَا
لَا يُؤْمَرُوْنَ؛ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ
جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ،ِ فَهُوَ
مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذلك مِنَ الْإِيْمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ.
“Tidaklah seorang nabi yang
diutus oleh Allah sebelumku, melainkan dia memiliki para pembela yang setia dan
sahabat-sahabat yang mengikuti sunahnya dan mengikuti perintahnya, kemudian
setelah itu datanglah orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka
perbuat, dan justru melakukan apa yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka
barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya, aka dia adalah seorang
Mukmin, barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya, maka dia juga
seorang mukmin, dan barangispa yang memerangi mereka dengna hatinya, maka dia
juga seorang Mukmin, dan tidak ada iman yang lebih rendah dari itu meskipun
sebesar biji sawi.” (HR. Muslim no. 50)
Kita memohon kepada Allah agar
diberi kekuatan bashirah, kekuatan hati,
kekuatan ilmu, kekuatan lisan untuk membedakan antara yang hak dan yang batil,
yang ma’ruf dan yang mungkar, kemudian kita bersama-sama
menegakkan yang ma’ruf dan memberantas segala bentuk kemungkaran dan
kebatilan. Dengan harapan semoga Allah menggolongkan kita sebagai mukmin
sejati, melimpahkan rahmat bagi kita, dan menjadikan kita sebagai orang-orang
yang beruntung.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيْ, يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْاعَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَىمُحَمَّدٍ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَ آخِرُ دَعْوَانَا الْحَمْدُِ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَىمُحَمَّدٍ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَ آخِرُ دَعْوَانَا الْحَمْدُِ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar